Limbah ini mengandung senyawa organik dan anorganik. Limbah yang
mengandung senyawa organik dapat dirombak oleh mikroba dan dapat dikendalikan
secara biologis.
Pengendalian secara biologis dapat
dilakukan dengan proses aerob dan anaerob.
Tahap 1 (Hidrolisa)
Dari tahap pembentukan asam adalah hidrolisa senyawa organik baik yang terlarut maupun yang tersuspensi dari berat molekul besar (polimer) menjadi senyawa organik sederhana (monomer) yang dilakukan oleh enzim-enzim ekstraseluler. Beberapa senyawa organik dan enzim pengurainya yaitu :
Dari tahap pembentukan asam adalah hidrolisa senyawa organik baik yang terlarut maupun yang tersuspensi dari berat molekul besar (polimer) menjadi senyawa organik sederhana (monomer) yang dilakukan oleh enzim-enzim ekstraseluler. Beberapa senyawa organik dan enzim pengurainya yaitu :
enzim
|
substrat
|
produk
|
Tahap 2 (Acidogenesis)
Pengubahan senyawa sederhana menjadi
asam organik yang mudah menguap
seperti asam asetat, asam butirat,
asam propionat dan lain-lain. Dengan terbentuknya asam organik maka pH akan
terus menurun namun pada waktu yang bersamaan akan terbentuk buffer yang akan
menetralisisr pH.
Tahap
3 ( Acetogenesis)
Pembentukan asam dari senyawa-senyawa organik sederhana (monmer)
dilakukan oleh bakteri-bakteri penghasil asam yang terdiri dari sub divisi
acids/farming bacteria dan acetogenic bacteria. Asam propionat dan butirat
diuraikan oleh acetogenic bacteria menjadi asam asetat.
Tahap 4 (Metanogenesis)
Merupakan tahap dominasi
perkembangan sel mikroorganisme dengan spesies tertentu yang menghasilkan
metana.Pembentukan metana dilakukan oleh bakteri penghasil metana yang
terdiri dari sub divisi acetocalstic methane bacteria yang menguraikan asam
asetat menjadi metana dan karbon dioksida.Karbon dioksida dan hidrogen yang
terbentuk dari reaksi penguraian di atas, disintesa oleh bakteri pembentuk
metana menjadi metana dan air. Bakteri penghasil metana sangat sensitif
terhadap perubahan pH. Rentang pH optimum untuk jenis bakteri penghasil metana
antara 6,4 - 7,4.
Proses pembentukan asam dan gas metana
dari suatu senyawa organik sederhana melibatkan banyak reaksi percabangan. Mosey
(1983) yang menggunakan glukosa sebagai sampel untuk menjelaskan bagaimana
peranan keempat kelompok bekteri tersebut menguraikan senyawa ini menjadi gas
metana dan karbon tlioksida sebagai berikut :
Dari artikel diatas dijelaskan bahwa bakteri penghasil metana sangat sensitif terhadap perubahan pH. Rentang pH optimum untuk jenis bakteri penghasil metana antara 6,4 - 7,4. lalu bisakah dengan pH yang rendah bakteri tersebut melakukan pembentukan metana?
BalasHapussaya akan mencoba menjawab permaslah anda,yang saya ketahui,,
BalasHapusBakteri yang tidak menghasilkan metana tidak begitu sensitif terhadap perubahan pH, dan dapat bekerja pada pH antara 5 hingga 8,5.
Karena proses anaerobik terdiri dari dua tahap yaitu tahap pambentukan asam dan tahap pembentukan metana, maka pengaturan pH awal proses sangat penting. Tahap pembentukan asam akan menurunkan pH awal. Jika penurunan ini cukup besar akan dapat menghambat aktivitas mikroorganisme penghasil metana.
semoga membantu.
saya akan mencoba menjawab pertanyaan febby
BalasHapusanda mengatakan bahwa pH optimum untuk bakteri metana antara 6,4-7,4
jadi,menurut saya jika dibawah pH tersebut bakteri tersebut dapat tetap menghasilkan senyawa metana,tetapi tidak optimum,dalam hal ini bisa saja metana yang di hasilkan hanya sedikit jumlahnya
semoga membantu :)
Insya allah bisa, tapi memang akan membentuk metana dengan jumlah yang lebih sedikit jika dibandingkan dengan bakteri pada pH 6,4-7,4. kemudian jika memang pH dengan drastis diturunkan (asam) maka dapat merusak (membunuh) mikroorganisme tersebut.
BalasHapus"Jika penurunan ini cukup besar akan dapat menghambat aktivitas mikroorganisme penghasil metana. Untuk meningkatkat pH dapat dilakukan dengan penambahan kapur."
Di dalam proses fermentasi anaerob untuk membentuk metana, terjadi suatu kehidupan simbiosis. Semakin banyak simbiosis, semakin baik daya dukungnya terhadap lingkungan kehidupan dari bakteri metana.
^_^
Dari literatur yg saya baca,
BalasHapusBerikut ini merupakan beberapa hal yang perlu diperhatikan agar bakteri-bakteri penghasil biogas dapat menghasilkan gas secara optimum
1. Lingkungan abiotis
2. Temperatur
3. Derajat keasaman (pH)
Bakteri asidogen dan metanogen memerlukan lingkungan dengan derajat keasaman optimum yang sedikit berbeda untuk berkembangbiak. pH yang rendah dapat menghambat pertumbuhan bakteri asidogenesis, sedangkan pH di bawah 6,4 dapat meracuni bakteri metanogenesis. Rentang pH yang sesuai bagi perkembangbiakan bakteri metanogenesis 6,6-7 sedangkan rentang pH bagi bakteri pada umumnya adalah 6,4-7,2. Derajat keasaman harus selalu dijaga dalam wilayah perkembangbiakan optimum bagi bakteri agar produksi biogas stabil.
Mikroba penghasil metana dapat ditemukan pada daerah yang memiliki cuaca ekstrim seperti pada lapisan es Greenland serta pada padang pasir yang panas dan kering.
jadi,menurut saya,bahwa pada PH yg lebih rendah dari 6,4 maka bakteri tersebut kemungkinan akan meghasilkan metana.namun,hasil yg dicapai tidak maksimum.karena derajat keasaman Ph ini merupakan salah satu faktor dari tercapainya biogas (metana) secara maksimum.
semoga membantu :)
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapusTerima kasih kak atas informasinya
BalasHapusSaya jadi tambah ilmu berkat blog ini